Pelajaran Fikih kelas 5 bab haid

FIKIH MI KELAS 5 Pelajaran 1 Bersuci dan Haid A. Pengertian, waktu dan hal-hal yang dilarang bagi perempuan yang haid 1. Pengertian Haid Menurut bahasa, haid artinya aliran atau sesuatu yang mengalir. Sedangkan menurut istilah adalah darah yang keluar dari rahim perempuan pada waktu-waktu tertentu. Jadi darah haid bukan darah penyakit (istihadhah) atau darah yang keluar setelah melahirkan, melainkan darah yang keluar secara rutin setiap bulan dengan waktu tertentu. darah haid disebut juga darah kotoran. Firman Allah dala al-Qur’an serah al-Baqarah ayat 222 yang Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, ‘Itu adalah sesuatu yang kotor’. Karena itu jauhilah istri pada waktu haid, dan jangan kamu dekati mereka sebelum suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang menyucikan diri”. (QS. Al-Baqarah ayat 222) Adapun ciri-ciri darah hadi berwarna merah kehitam-hitaman dan seorang perempuan apabila telah mengalami haid, maka darah haid itu akan keluar secara rutin setiap bulan. Darah haid akan berhenti dengan sendirinya setelah usia 60 tahun. 2. Waktu Keluarnya Haid Masa waktu keluarnya haid minimal sehari semalam dan maksimal lima belas hari lima belas malam, namun pada umumnya secar normal masa waktu keluarnya darah haid enam atau tujuh hari. Apabila darah haid keluar lebih dari lima belas hari lima belas malam, darah tersebut adalah darah istihadhah (darah penyakit) dan harus segera diperiksakan. 3. Hal-hal yang dilarang bagi perempuan haid Seorang perempuan yang sedang haid dilarang melakukan ibadah sebagai berikut: a. Melaksankan shalat Wanita yang sedang haid, dilarang mengerjakan shalat wjaib ayau shalat sunnah. Sesuai dengan Nabi Muhammad saw: إِذَا أَقْبَلَتِ ا لْحَيْضَةُ فَدَ عِى الصَّلاَ ةَ Artinya: Apabila datang haid, maka tinggalkanlah shalat. (H.R Bukhari) b. Puasa Wanita yang sedang haid dilarang melaksanakan puasa wajib maupun puasa sunnah. Tetapi apabila telah suci dari haid, maka diperintahkan mengqadha puasa wajibnya, sedangkan shalatnya tidak diqadha. Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang artinya: Nabi saw berkata kepada beberapa perempuan, “Bukankah perempuan ketika haid itu tidak sholat dan tidak puasa? ”Jawab mereka, “Ya benar“ kata Rasulullah bersabda : “Itulah kekurangan agama perempuan”.( HR.Bukhari ) c. Thawaf Perempuan yang sedang haid dilarang melaksanakan thawaf ketika menunaikan ibadah haji atau umrah. d. Menyentuh mushaf dan membaca al-Qur’an. Allah berfirman dalam surah al-Waqi’ah ayat 79: لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ Artinya: Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. (QS. al-Waqi’ah ayat 79). Selain dilarang menyentuh al-Qur’an, perempuan haid juga tidak diperbolehkan membaca al-Qur;an baik dengan kata-kata maupun dengan isyarat. e. I’tikaf di masjid Bagi perempuan haid juga orang junub dilarang masuk masjid atau melakukan i’tikaf (berdiam diri di dalam masjid untuk beribadah). f. Jima’ Pasangan suami istri haram melakukan hubungan suami istri (jima’) saat istri sedang haid. Suami harus menunggu samapi istri kembali suci. Sebagimana firman Allah swt. Artinya: “Dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci”. (QS. Al- Baqarah ayat 222) g. Bercerai Suami tidak boleh menceraikan istrinya saat sedang haid, suami harus menahan dulu talaknya sampai istrinya selesai haid.

Komentar

Postingan populer dari blog ini